Agen pengendalian hayati adalah organisme hidup yang digunakan untuk mengendalikan hama atau penyakit tanaman, dengan cara memanfaatkan interaksi alami antara organisme tersebut dan hama atau penyakit yang ingin dikendalikan. Agen ini dapat berupa predator, parasit, atau mikroorganisme (seperti jamur, bakteri, atau virus) yang berperan dalam mengurangi populasi hama atau patogen.
1. Keunggulan
• Selektif
• Ramah lingkungan
• Menurunkan ketergantungan pada pestisida kimia
• Meningkatkan ketahanan tanaman
• Meningkatkan kualitas hasil panen
• Meningkatkan kesuburan tanah
2. Pengembangan (fungi/ bakteri)
Pengembangan agen hayati dapat dilakukan oleh
Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tumbuhan (LPHP) dan Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH). PPAH merupakan wadah bagi petani untuk menyiapkan, memperbanyak, menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan sarana produksi ramah lingkungan.
atau pengembangan mandiri yg bisa dilakukan terhadap perbanyakan jamur, perbanyakan penanaman tanaman refugia, dsb.
3. Kekurangan
• Sistem kerja yang lambat
• Agen hayati membutuhkan waktu untuk tumbuh
• Sulit diprediksi keberhasilannya
• Keberhasilan agen hayati tergantung pada kondisi yang mendukung.
• Lebih optimal untuk pencegahan (preventif) dan bukan pengobatan (kuratif).
• Sulit dipadukan dengan program lain
• Pengendalian biologi sulit dipadukan dengan program lain yang menggunakan pestisida.
4. Contoh Pengembangan
Cara membuat Paenibacillus adalah sebagai berikut:
Kupas kentang, potong dadu berukuran 1 cm, cuci bersih hingga lendir hilang, lalu rebus dalam air mendidih.
Pisahkan kentang dari air, lalu masukkan gula pasir ke dalam air rebusan.
Rebus selama 20 menit, lalu biarkan dingin dan tutup panci.
Setelah dingin, masukkan larutan EKG dan isolat murni Coryne Bacterium ke dalam jerigen.
Hidupkan aerator selama 15 hari.
Aerator:
keren